Tulisan ini merupakan refleksi pengalaman
saya sebagai pendamping para peserta BSBI (beasiswa seni budaya
indonesia) atau dikenal juga dengan nama IACS (indonesian arts and
culture scholarship dalam bahasa inggrisnya. Program beasiswa tersebut
merupakan salah satu bentuk soft-power diplomacy yang dilakukan
oleh Pemerintah RI dalam menciptakan citra positif Indonesia di
kalangan masyarakat internasional yang dilakukan oleh Kemlu RI melalui
pendekatan people-to-people contact. Peserta BSBI disebar kebeberapa kota besar di indonesia, termasuk makassar.
(Bersama Peserta BSBI, master gendang Dg
Serang, Sutradara laskar pelangi Riri Riza dan Owner Rumah hijau, dan
beberapa Volunteer RHD)
Wisata sejarah BSBI Makassar di kab Gowa
berlangsung pekan lalu (13 Mei 2014), para peserta BSBI yang berasal
dari 12 negara tersebut kami ajak untuk mengunjungi beberapa tempat
wisata sejarah yang ada di kabupaten gowa, seperti mesjid tua katangka,
Makam sultan Hasanuddin, Batu pallantikang, Bungung lompo dan Berakhir
di Balla lompoa.
Dipandu oleh tim RHD, peserta BSBI memulai
perjalanannya dengan memasuki halaman mesjid tua katangka, melihat
beberapa ornamen dan bangunan mesjid dari luar serta makam-makam
keluarga raja yang ada di halaman mesjid. Kemudian mereka terus berjalan
ke atas melintasi beberapa makam hingga akhirnya sampai di makam Sultan
Hasanuddin.Ditempat ini kembali kami jelaskan kepada peserta BSBI
terkait sejarah makam dan sultan hasanuddin, termasuk sejarah batu
pallantikang yang ada disisi kiri bagian depan makam sultan hasanuddin.
(di depan Makam Sultan Hasanuddin)
Setelah itu tim bergerak keluar kompleks
makam dan meyusuri jalan kebawah, jalan tersebut merupakan jalan yang
sering dilintasi raja dan keluarga menuju masjid. Sebelum sampai masjid
kita akan menjumpai sebuah sumur yang usianya jauh lebih tua dari masjid
Katangka, namanya Bungung Lompo, sebuah sumur yang tidak pernah kering
meskipun musim kemarau melanda.
(Di depan Bungung Lompoa)
Bungung ini dipakai oleh para prajurit
Kerajaan Gowa mensucikan diri sebelum berangkat ke medan perang, dan
setelah masjid tua Katangka berdiri, sumur ini kemudian menjadi tempat
berwudhu para jamaah sebelum menunaikan sholat. "siapapun yang mencuci
muka di sumur ini, dan berniat akan kembali ke gowa maka itu akan
terjadi", kata Darmawan Denassa" (owner RHD) kepada peserta BSBI Mks.
Kegiatan kunjungan wisata sejarah ini
berakhir diballa lompoa, ditempat tersebut para peserta terlihat
menikmati beberapa koleksi museum balla lompoa (keris, baju, alat musik
tradisional, tulisan lontara, mahkota, mata uang tempo dulu, dan
beberapa benda unik lainnya).
(Museum Balla Lompoa)
DS (Interpreter of RHD for IACS 2014)