“Tabe... Anne alloa laku pillanggerang
ngasekki, sallang mange riatinta, sallang mange riatinta ngaseng mulai
battu ripala bangkenta lante ricappa ulunta antu tau malabbiriku,
lakupallanteangki sinrili’na tau battua rikajang, pasang-pasangna
ammatoa battu rikajang lakupallateang ngasekki, pasang-pasang erang
kasalamakang lino na akhere’. Punna kijama appa pa’pisangkana pasang
rikajang salama maki lino na akhera’.
Demikian prolog dari sebuah sinrili yang dimainkan oleh dua orang budayawan sul-sel asal bulukumba ( kakanda Andhika mappasomba dan Arif Rahman), sinrili tersebut saya temukan di youtube (https://www.youtube.com/watch?v=2HwVHm3QOqY). sebagai penutur asli bahasa konjo, saya paham betul bahwa kata demi kata pada sinrili tersebut sarat akan makna, sehingga pada kesempatan yang lain saya mencoba menuliskannya.. Sinrili sendiri merupakan salah satu bentuk sastra lisan, disampaikan sambil memainkan alat musik gesek, seperti pada biola. Alat musik itu dimainkan sambil duduk bersila lengkap dengan pakaian tradisional bagi sang pemainnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk semakin menguatkan nilai budaya dan adat yang ada pada sinrilli sehingga alunan nada menjadi harmoni. Benda ini terbuat dari kayu pohon nangka, kulit kambing, dan dibentangi tiga senar berbahan kuningan. Alat untuk menggesek dibuat dari ekor kuda. Senar dan ekor kuda yang saling bersentuhan menghasilkan bunyi mirip rebab. Selain sebagai hiburan, pesan moral yang disampaikan melalui sinrili ini begitu tinggi.
Sinrili yang dimainkan dua budayawan
tersebut berisi 4 Pasang ri Kajang. Ungkapan Pasang rikajang sendiri
terdiri dari tiga kata masing-masing “pasang”,“Ri”,“Kajang” yang
mempunyai arti sendiri-sendiri, Pasang secara harfiah berarti
pesan-pesan, wasiat atau amanat. Dengan demikian ungkapan tersebut dapat
pula berarti message seperti dikenal dalam ungkapan bahasa inggris, dan
seperti pula istilah risalah yang dikenal dalam kamus bahasa arab.
Sebab ungkapan tersebut – message dan risalah –masing masing berarti,
pesan, warta, amanat atau wasiat. kata”Ri” itu sendiri merupakan kata
perangkai yang menunjukkan tempat, artinya”di”.sedang kata kajang adalah
nama suku yang terdapat di kabupaten bulukumba, dimana mayoritas
penduduknya berpakaian serba hitam. Jadi secara harfiah ungkapan
pasangrikajang berarti pesan-pesan dikajang. Sedangkan dari segi makna
mengandung pengertian sebagai nasehat atau wasiat dapat pula tuntunan
atau amanah dan juga dapat berari renungan atau ramalan. Selain itu pula
berarti peringatan dari ammatoa di kajang.
Ammotoa merupakan pemimpin tertinggi di dalam Komunitas Adat Kajang. Istilah Ammatoa adalah bahasa Konjo yang mempunyai dua pengertian. Amma artinya bapak, dan toa berarti tua. Ammatoa berarti Bapak Tua. Pengertian bapak disini, bukan dalam arti biologis, tetapi adalah pengertian pemimpin atau kepala. Jadi Ammatoa berarti Bapak Tua atau Bapak yang dituakan, atau pemimpin. Ammatoa bukan nama diri, tetapi gelar atau jabatan.
Mengutip prolog diatas isinkan saya
mengucapkan penghormatan kepada pembaca yang budiman untuk menyampaikan
pasanna ammatoa rikajang, pesan yang akan membawa anda pada kesalamatan.
Pesan ini disampaikan dalam bahasa konjo, bahasa asli masyarakat suku
kajang, juga di pake secara luas oleh masyarakat yang berdomisili di
bagian timur kab. Bulukumba.
Adapun 4 pesan ammatoa yang dimaksud
adalah buakkang mata, pangsulu sarra, palampa lima, na angka’ bangkeng,
hal tersebut diyakini oleh ammatoa akan memberikan kesalamatan dunia
akherat.
- Passala maka se’rea iamintu Buakkang Matannu
“Buakkang
Matannu paralu nikatu-tui, buakkang matayya mintu punna sangnging
kaitteki barangna tauwwa, kaitte-itteki barang-barang tala kullea
niuppa, barang-barang nutala kullea lanihalli, barang-barang nusangnging
nikacinnaiyya riati, iyaminjo annyeksa ati punna tala kulle niuppa”
Pesan pertama ini menjelaskan hakekat dari
pandangan mata, ammatoa mengajarkan setiap orang untuk menjaga
pandangan, tidak boleh asal dalam memandang sesuatu. Melihat suatu benda
yang dimiliki orang lain dan ada keinginan untuk memlikinya padahal
secara ekonomi kita tidak mampu tentu akan menyiksa hati.
- Passala maka ruayya iamintu Passulu sa’rannu
“ appasulu sa’ranta nakana baji2 aji
laki pangsulu, teaki kapau-paui, parallu nijaga battu ribabata nasaba
babata kulle tong angngerang ka panrakang.
pesan ini menganjurkan manusia untuk
menjaga ucapannya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan, tidak asal omong, karena ucapan mudah sekali
dikeluarkan, jika kita tidak bisa mengendalikannya, maka dengan mudah
diri kita akan terjerumus kepada sesuatu yang memalukan bahkan tubuh
bisa binasah karenanya. Kemampuan berucap atau berbicara adalah salah
satu kelebihan yang Tuhan berikan kepada manusia, untuk berkomunikasi
dan menyampaikan keinginan-keinginannya dengan sesama manusia. Sehingga
Kualitas iman dan pendidikan seseorang dapat dinilai dari ucapannya.
Agar kemampuan berbicara menjadi bermakna dan bernilai ibadah, dalam
islam Allah SWT menyerukan umat manusia untuk berkata baik dan
menghindari perkataan buruk. Allah SWT berfirman : “Dan katakan kepada
hamba-hamba-Ku. “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara
mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
QS. 17: 53
- Passala maka tallua iamintu Palampa limannu
“palamma limanta parallu ni rikatutui
kaddeka anre nassitimbang ato tala singhattala ato anre na adele” “punna
anre na adela passareta mange riparanta tau/anre na sillompo-lompo,
kunjo mi biasa balaya labattu rikalenta nasaba a’marrisi hatinna tau ri
serrea nampa nganrangmi pole rise’rea kala sisala-salami tawwa. Nakua
todo ammayya rikajang; ripalamma limayya Tala ma’ring/tala kulle tawwa
a’gau ammanraki lino.
Pesan ketiga ini menjelaskan tentang apa
yang kita keluarkan atau berikan dari tangan kita seharusnya
seimbang/adil dengan apa yang orang lakukan, sebagai contoh seorang
pengusaha diharuskan memberikan upah yang pantas sesuaibeban kerja
karyawannya, karena jika tidak tentu akan terjadi perselisihan begitupan
seorang dosen atau guru harus menuliskan nilai sesuai kemampuan
siswanya dsb, Pasang ini lebih lanjut mengajak tangan-tangan
manusia untuk memeliharalah bumi beserta isinya, begitupun langit,
manusia maupun hutan dan melarang keras untuk merusaknya. Menurut
Kaimuddin Salle, amanah berdasarkan Pasang ini diemban oleh Ammatoa pertama sampai Ammatoa
sekarang bersama seluruh warga (komunitasnya). Hal ini dapat dipandang
sebagai filosofi hidup mereka yang mewawas langit, bumi, manusia dan
hutan. Komunitas Ammatoa yakin bahwa bumi, langit, manusia dan
hutan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam satu ekosistem.
Oleh karena keempat unsur tersebut berada dalam satu sistem, maka
manusia harus menjaga keseimbangannya. Untuk mewujudkan itu semua,
seluruh warga masyarakat (termasuk Ammatoa dan pemuka adat
lainnya) harus berada dalam sistem tersebut. Ini berarti bahwa kewajiban
menjaga keseimbangan ekosistem bumi, langit, manusia dan lingkungan
(hutan) adalah merupakan tanggung jawab bersama, tanggung jawab seluruh
masyarakat dunia.
- Passala maka ampa’ka iamintu Angka’ bangkengnu
“injo nikuayya angka’ bangkeng ana’;
nierang tubuh na nyawata mange rikabajikang, lampa jaki lampa padakkai
bangkengta punna nu kabajikangji lakimangei, punna salah antu anrekmo
kisalama, Angkat bangkengnu parallu tongi rijaka.”
Pesan ammotoa tersebut menganjurkan
manusia untuk melangkahkan kaki hanya ketempat-tempat kebaikan, karena
tidak ada keselamatan bagi orang-orang yang salah melangkah. Hak kaki
atas dirimu adalah engkau tidak melangkahkan kaki ke tempat yang tidak
layak bagimu. Jangan jadikan kaki tunggangan untuk bergerak ke arah yang
membuatmu terhina. Kaki adalah organ tubuh yang memikul dirimu maka
sudah seharusnya engkau menggunakannya untuk kepentingan dan pekerjaan
yang baik."
Iya mi injo sumpae appa passala lalanna
pasang rikajang na pallante ammayya mange ri sibatu lino, na pallante
ammayya mange ritau ta’balayya,na pallenta ammatoa rikajang, kajang tana
toa kajang tana pa’rasangang kamase-mase, Punna sallang rie pale salah
paungku ki pammopporang mami’a.
Demikianlah pesan ammatoa rikajang, kajang tana toa, tana pa’rasangang kamase-mase..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar